Mengenal Epistemologi (Part 3)
Kali ini kita akan membahas mazhab berfikir metafisika yang tentu berbeda dengan mazhab berfikir sebelumnya yakni Mazhab Empirisme dan Skriptualisme
3. Mazhab Metafisika
Mazhab berpikir metafisika mempunyai landasan berfikir rasional dan sesuai dengan prinsip niscaya lagi rasional yaitu prinsip identitas, prinsip non
kontradiksi dan prinsip ketakterbatasan, serta sebab akibat. Adapun methodologi berpikir ini dengan cara silogisme yaitu menarik kesimpulan yang berdasarkan dari umum ke khusus, seperti pada contoh proposisi berikut ini:
Hasan adalah
manusia,
setiap manusia akan mati,
karena Hasan adalah manusia maka pasti Hasan
akan mati.
Mazhab berpikir metafisika dalam memberikan penilaian mempunyai dua landasan, yaitu landasan teoritis dan praktis.
Adapun landasan yang sifatnya praktis,
maka dia tidak membutuhkan analisa karena tanpa berpikirpun kita sudah bisa
mengetahuinya, seperti pembicaraan tentang ada, apakah kita perlu ragu tentang
ada itu atau tidak, menurut penulis bahwa ada itu adalah sesuatu yang sudah
jelas yang tidak perlu didefenisikan karena fungsi dari defenisi itu sendiri
adalah untuk menjelaskan sesuatu, sementara ada itu sendri adalah sesuatu yang
jelas yang tidak perlu didefenisikan. Rene Descartes ketika mengatakan aku
berfikir maka aku ada, sebenarnya tanpa berfikirpun Rene Descartes sudah ada,
tanpa dia berfikir atau tidak, karena dari mana dia bisa berpikir tanpa dia
mempunyai eksistensi lebih dahulu. Pembahasan ada sebagaimana ada itu sendiri
yang memperjelas tentang dirinya tanpa perlu diperjelas atau didefenisikan
karena memang keberadaannya sudah memperjelas dirinya sendiri tanpa perlu
didefenisikan.
Adapun landasan berpikir yang kedua adalah secara teoritis yang
perlu analisa dan defenisi seperti dalam analisa tentang berapa luas segi tiga
dan berapa luas segi empat, tentunya kita membutuhkan pengetahuan sebelumnya
yang sifatnya dharuri dan Nadzari, dharuri itu adalah prinsip niscaya lagi
rasional sebagaimana yang saya telah bahas, dan nadzari itu adalah
postulat-postulat atupun teori-teori untuk kemudian kita bisa mengambil suatu
kesimpulan, seperti rumus matematika, bahwa untuk menjawab luas segi tiga maka
kita akan memakai rumus seperdua kali alas kali tinggi dan untuk mengetahui
berapa luas segi empat maka kita akan memakai rumus panjang kali lebar,
sedangkan Al-Qur’an dan hadis adalah rumus-rumus untuk mengetahui hal-hal yang
sifatnya metafisika, seperti surga dan neraka,
Jadi mazhab metafisika sebagai
sebuah mazhab yang memberikan landasan penilaian pada rasionalitas dan prinsip
niscaya lagi rasional adalah suatu mazhab berfikir yang bukan menafikan cara
berpikir emperik dan skriptual akan tetapi menempatkan pada tempatnya yang
proposional, bahwa keduanya bukanlah masuk dalam wilayah tasdiqi (penilaian),
akan tapi keduanya masuk dalam wilayah tasawwur (konsepsi) sehingga keduanya
tidak bisa menjadi landasan dalam memberikan sebuah penilaian.
Sampai jumpa pada edisi berikutnya.