Agama: Antara Pribadi dan Berbagi
Suatu hal yang riskan jika mengajukan
pertanyaan menyangkut keyakinan kepada kelompok agama konservatif, sebab
katanya tak ada hak untuk mempertanyakan hal tersebut, agama adalah
sesuatu yang harus kita terima dan yakini begitu saja. Setelah
dipaksakan untuk yakin, maka di ajarkan serangkaian bentuk upacara
spiritual yang disebut ibadah, katanya adalah agar kita mendapat pahala
dan jauh dari dosa.
Agama, bagi sebagian orang dan/atau
kelompok adalah hanya menyangkut soal pahala dan dosa, ada surga bagi
pemeluk agama yang berlimpah pahala, dan neraka bagi mereka yang jauh
dari ajaran agama. Hal ini di ajarkan turun temurun sejak agama menjadi
sebuah warisan keluarga, membentuk wajah agama. Kita tunduk oleh
ceramah tentang kenikmatan surga, dan takluk oleh ketakutan pada siksa
neraka.
Seperti yang kita ketahui, agama di ajarkan
pertama kali oleh keluarga, lalu sekolah, sampai di bangku kuliah.
Agama membahas tentang satu wujud murni yang disebut Tuhan, pencipta
dari semesta beserta isinya termasuk kita (manusia) adalah makhlukNya,
lalu Tuhan mengajarkan hukum-hukumNya yang dimasukkan dalam
aturan-aturan dan norma-norma agama yang di bukukan menjadi satu
pedoman, di sampaikan kepada wakil Tuhan di bumi yang disebut Nabi,
kemudian sampailah kepada kita, manusia biasa.
Namun, apakah tujuan yang hendak di capai oleh agama?
Bagi saya, agama adalah aturan yang tersirat dalam tatanan sosial masyarakat suatu negara, agama yang membuat mereka yang berlebih harta berbagi kepada yang kekurangan isi perutnya, agama yang menahan tangan-tangan pengambil kebijakan agar tidak mengambil yang bukan haknya, agama yang membebaskan kebaikan kebaikan di jalanan sampai pada di genggaman keyakinan, agama bukan untuk diri sendiri melainkan lebih mengajarkan cara berbagi.
Artikel ini juga telah di posting di Kompasiana