Sekilas tentang Filsafat

Definisi Filsafat

Filsafat adalah usaha manusia untuk untuk memahami segala hal secara rasional, kritis, sistematis, dan radikal.

Rasional artinya menggunakan akal pikiran dan hukum-hukum logika tertentu yang masuk akal. Pemikiran filsafat merupakan hasil kegiatan berpikir bukan wahyu atau wangsit. Jika seorang filsuf mengemukakan buah pikiran yang rasional tentang suatu hal, maka orang lain dapat memahaminya dengan menggunakan pikirannya. Setiap orang yang melakukan kegiatan berpikir tentang hal itu akan memperoleh hasil yang dicapai oleh filsuf itu.

Kritis artinya tidak begitu saja menerima atau menolak suatu informasi atau pengetahuan. Pemahaman yang kritis menyertakan upaya klarifikasi setiap hasil pemikiran secara hati-hati, melakukan pengecekan dan uji coba pemahaman, dan evaluasi yang menyeluruh terhadap hasil pemikiran, baik pemikiran sendiri maupun pemikiran orang lain.

Sistematis artinya mengikuti satu aturan tertentu, memiliki alur proses yang jelas meliputi: masukkan (input), pemrosesan input, dan hasil/keluaran (ouput).

Radikal berasal dari kata radix yang berarti akar. Sifat radikal di sini artinya mengakar (bisa juga mendalam). Pemahaman yang radikal adalah pemahaman yang mengakar. Dalam berfilsafat, hal yang hendak dipelajari digali sampai ke akar-akar sehingga pemahaman tentang hal itu menyeluruh dan mendalam. Kegiatan memahami sesuatu secara mengakar/mendalam biasa disebut refleksi.

Untuk mempelajari filsafat kita dapat menggunakan 3 (tiga) pendekatan: 1) mempelajari sistematika pembagian filsafat; 2) mempelajari sejarah perkembangan filsafat; dan 3) mempelajari tokoh dan aliran-aliran dalam filsafat;
Kita mulai dulu dari sistematika pembagian filsafat.

Sistematika Pembagian Filsafat

Secara umum berdasarkan obyek kajiannya filsafat dibagi menjadi 3 (tiga) bidang yaitu 1) bagian filsafat yang mengkaji tentang ‘ada’ (being), 2) bidang filsafat yang mengkaji pengetahuan (epistemologi dalam arti luas), dan 3) bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa yang seharusnya dilakukan manusia (axiologi). Masing-masing bidang memiliki cabang-cabangnya.











A. Bagian Filsafat yang mengkaji tentang Ada (Being)

Bidang kajian filsafat tentang ‘ada’ (being) dibagi dua menjadi 1) ontologi dan 2) metafisika. Ontologi mengkaji ‘ada’ yang keberadaannya tidak disangsikan lagi. Dalam ontologi kita berfilsafat tentang sesuatu yang keberadaannya dipersepsi secara fisik dan tertangkap oleh indra. Sedangkan metafisika mengkaji ‘ada’ yang masih disangsikan kehadirannya. Metafisika berhubungan dengan obyek-obyek yang tidak dapat dijangkau secara inderawi karena obyek itu melampaui sesuatu yang bersifat fisik. Secara fisik ‘ada’ itu tidak tampak namun oleh sebagian orang dianggap ada, misalnya jiwa, ilusi, eksistensi Tuhan, dan sebagainya.

B. Bidang Filsafat Yang Mengkaji Pengetahuan (Epistemologi dalam arti luas).

Bidang filsafat ini menjadikan pengetahuan sebagai obyek kajiannya. Beberapa ahli filsafat menyebut bidang ini sebagai epistemologi namun dalam arti luas, yaitu dalam arti bidang yang mengkaji seluruh pengetahuan yang mungkin diperoleh manusia mulai dari asal-usulnya, bagaimana cara mendapatkannya, sampai pengujian benar-salahnya. Dalam bidang ini terdapat 4 (empat) cabang filsafat 1) epistemologi dalam arti sempit, 2) filsafat ilmu, 3) metodologi, dan 4) logika.

1. Epistemologi dalam arti sempit
Epistemologi dalam arti sempit merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakekat pengetahuan yang ditelusuri melalui 4 pokok, yaitu 1) sumber pengetahuan, 2) struktur pengetahuan, 3) keabsahan pengetahuan, dan 4) batas-batas pengetahuan. Pengetahuan di sini adalah pengetahuan umum/pengetahuan sehari-hari (knowledge) atau pengetahuan yang berguna bagi manusia secara praktis (eksistensial pragmatis).

2. Filsafat Ilmu Pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan merupakan cabang filsafat yang mengkaji ciri-ciri dan cara-cara memperoleh ilmu pengetahuan (science). Pengetahuan yang dikaji berbeda dengan pengetahuan pada epistemologi dalam arti sempit. Dalam filsafat ilmu pengetahuan, yang menjadi obyek adalah pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan (science). Berbeda dengan pengetahuan sehari-hari (knowledge), pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sistematis, diperoleh dengan menggunakan metode-metode tertentu, logis dan teruji kebenarannya.

3. Metodologi
Metodologi adalah cabang filsafat yang mengkaji cara-cara dan metode-metode ilmu pengetahuan memperoleh pengetahuan secara sistematis, logis, sahih (valid), dan teruji. Di sini cara dan metode ilmu pengetahuan dikaji sejauh mana kesahihannya dalam kegiatan menemukan ilmu pengetahuan. Di dalamnya termasuk juga kritik dan upaya pengujian keabsahan cara kerja dan metode ilmu pengetahuan. Selain mengkaji cara-cara dan metode-metode yang sudah ada, dalam metodologi dikaji pula kemungkinan-kemungkinan cara dan metode baru.

4. Logika
Logika adalah ilmu yang mempelajari teknik-teknik dan kaidah-kaidah penalaran yang tepat. Yang menjadi satuan penalaran dalam logika adalah argumen. Penalaran berlangsung lewat argumen sebagai kelompok proposisi. Proposisi tersusun dari premis ke konklusi lewat penyimpulan. Logika berkaitan dengan filsafat ilmu dan metodologi ilmu.

Proposisi adalah pernyataan untuk mengiyakan/menyangkal sesuatu yang dapat diujicoba, di dalamnya termasuk bahasa kognitif. Proposisi terdiri dari pokok yang dibicarakan (subyek), apa yang disangkal/diiyakan (predikat), dan hubungan yang sifatnya menyatukan atau memisahkan (kopula).

Secara umum ada dua jenis argumen: 1) induktif dan 2) deduktif. Argumen induktif bergerak dari premis-premis khusus ke kesimpulan/premis umum. Argumen deduktif bertolak dari premis umum ke premis/kesimpulam khusus. Induksi menghasilkan pengetahuan yang tidak niscaya, melainkan boleh jadi. Kadar kebolehjadiannya dapat diukur lewat statistik.

C. Bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa yang seharusnya dilakukan manusia (Axiologi)

Axiologi adalah bidang filsafat yang mencoba menjawab pertanyaan “Apa yang dilakukan manusia dan apa yang seharusnya dilakukan manusia?” Di sini kita bicara tentang nilai-nilai (kata axiologi sendiri dapat diartikan sebagai nilai-nilai yang menjadi sumbu perilaku penghayatan dan pengamalan manusia). Axiologi mengkaji pengalaman dan penghayatan dari perilaku-perilaku manusia. Di dalamnya dibahas tentang nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan dan apakah itu perilaku baik. Selain itu juga dibicara tentang nilai rasa manusia yang dikaitkan dengan keindahan. Cabang filsafat yang termasuk dalam axiologi adalah etika dan estetika.

1. Etika
Etika adalah cabang filsafat yang mengkaji nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan dan apakah itu perilaku baik. Cabang ini meliputi apa dan bagaimana hidup yang baik, menjadi orang yang baik, berbuat baik, dan menginginkan hal-hal yang baik dalam hidup.

Kata etika menunjuk dua hal. Pertama: disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai dan pembenarannya. Kedua: pokok permasalahan disiplin ilmu itu sendiri yaitu nilai-nilai hidup manusia yang sesungguhnya dan hukum-hukum tingkah laku manusia (Solomon, 1987). Dalam etika kita juga mempelajari moralitas dan alasan-alasan yang lebih abstrak mengapa manusia berbuat dan tidak berbuat sesuatu.. Etika bukanlah sekedar kumpulan perintah dan larangan (‘harus’ dan ‘jangan’) tetapi merupakan satu sistem nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang terpadu secara teratur untuk mencapai masyarakat yang berbudaya dan hidup bahagia.

2. Estetika
Estetika mengkaji pengalaman dan penghayatan manusia dalam menanggapi apakah sesuatu itu indah atau tidak. Jadi estetika membahas soal-soal keindahan yang dipersepsi oleh manusia.