Menalar Tuhan ??

Apakah manusia bisa menalar Tuhan dengan filsafatnya?
Para filsuf telah mencobanya sejak ribuan tahun yang lalu; Plato, Aristoteles, dll.

Prestasi puncak para filsuf dalam menalar Tuhan adalah sampai pada kesimpulan akan adanya Causa Prima, yaitu Tuhan, yg merupakan penyebab segala sesuatu yg ia sendiri tidak disebabkan oleh apa pun. Itu juga adalah prestasi puncak dari pikiran manusia dalam menyelidiki Tuhan.
Tetapi setelah itu nampaknya penalaran selanjutnya dari para filsuf tidak menghasilkan kemajuan apa-apa karena semua teori mereka tidak memberikan penjelasan apapun lebih jauh lagi tentang Tuhan. Semua usaha mereka sia-sia.

Menurut pendapat penulis para filsuf itu, setelah menemukan adanya Causa Prima atau keberadaan Tuhan, mereka tidak dapat melihat adanya batas yang tidak dapat mereka langgar. Karena itu mereka terus berjalan melanjutkan usaha mereka untuk menalar Tuhan lebih jauh lagi ;dan pasti gagal. Batas apakah yg penulis maksud? Batas yang membedakan antara yang fana dengan yg kekal, antara natur Tuhan Sang Causa Prima yg keberadaannya tidak disebabkan oleh apa pun dengan natur manusia yang dikuasai oleh hukum sebab akibat. Batas itu adalah dimensi ruang dan waktu.
Alam semesta dan semua yg ada di dalamnya, termasuk manusia, dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Demikian juga pikiran kita hanya bisa bekerja dalam pola pikir dimensi ruang dan waktu. Pikiran kita, otak kita, dirancang dan dicetak hanya untuk mampu berpikir dalam kerangka ruang dan waktu. Sedangkan kita tahu ada realita tentang Tuhan yg tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Jadi pikiran kita tidak mampu untuk menalar realita di luar dimensi ruang dan waktu. Pikiran kita tidak mampu menalar Tuhan yg melampaui dimensi ruang dan waktu.

Nampaknya Tuhan tidak membiarkan dirinya untuk bisa ditemukan atau dinalar oleh manusia. Sia-sia saja para cerdik pandai berusaha menyelidiki hal-ikhwal Tuhan, mereka “terjebak dalam hikmatnya sendiri.” Setinggi langit dari bumi demikian pula tingginya pikiran Tuhan dari pikiran manusia.
Tuhan tidak dapat ditemukan oleh manusia. Jadi Tuhanlah yg harus menunjukkan dirinya kepada manusia. Tuhanlah yg harus berkata-kata kepada manusia; tentunya hanya dalam bahasa yg dapat dipahami oleh manusia, yaitu dalam pengertian pola pikir dimensi ruang dan waktu. Kalau kita bercakap-cakap dengan seorang anak berumur 3 tahun tentunya kita harus menyesuaikan diri dengan dia, dengan menggunakan kosa-kata yg bisa dipahaminya, sesuai dengan tingkat pemahamannya.

0 komentar:

Post a Comment