Dunia Dibalik Kacamata

Kacamata adalah alat bantu manusia bagi yang memiliki kemampuan indera penglihatan yang yang lemah, walaupun tak bisa dipungkiri sekarang sudah banyak kacamata yang hanya untuk style semata.
Kali ini kita akan membahas tentang kacamata dunia.
Bagaimanakah seseorang memandang dunia?
itu tergantung dari kacamata yang dia gunakan, jika kacamata yang dipakai itu buram/hitam maka dunia akan tampak gelap dimatanya.
Bagaimana pembahasan ini sampai pada persoalan filosofis?

Menurut Murtadha Muthahhari dalam bukunya Mengenal Epistemologi, paaradigma seseorang dipengaruhi oleh pandangan alam, pandangan alam ini merupakan sekumpulan gagasan atau ide mengenai dunia, pandangan alam inilah yang kita sebut dengan kacamata dunia.
Para filosof mulai dari zaman yunani kuno sampai zaman modern menggunakan kacamata yang berbeda-beda dalam menanggapi persoalan kehidupan, ada menggunakan kacamata untuk mengamati alam semesta dan asal-usulnya, ada pula yang menggunakan kacamata metafisik untuk melihat persoalan keyakinan dan agama yang berkembang dalam sejarah peradaban dunia.
Berbagai pandangan, berbagai macam teori bermunculan dengan ciri khas kacamata yang digunakan, saling mematahkan teori, berlomba mengungkap hakikat kebenaran.
Kita tidak akan membahas perdebatan teori ini, yang pasti setiap orang (bukan hanya filosof) menggunakan kacamata yang berbeda.

Paradigma (kacamata dunia) dibuat oleh pribadi masing-masing, sesuai dengan kemampuan dan perhatiannya terhadap entitas-entitas alam, tak bisa dipungkiri bahwa agama dan budaya mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam hal ini.

Cukupkah hanya menggunakan satu kacamata?
menurut hemat penulis, jika ingin kaya akan pengetahuan dan jauh dari apatisme, gunakanlah kacamata yang banyak secara bergantian, jangan malu untuk meminjam kacamata para filosof terdahulu. Jika tidak, rahasia-rahasia semesta akan tertutup rapat dihadapan mata dan akan mati dalam ketidaktahuan.